Pembuktian Joe Hart Bahwa Ia Belum Habis

Hambatan tidak bisa menghentikan Anda. Masalah tidak bisa menghentikan Anda. Orang lain tidak bisa menghentikan Anda. Hanya Anda yang bisa menghentikan Anda – Jeffrey Gitomer.

Pembuktian Joe Hart Bahwa Ia Belum Habis

Timnas Inggris gagal memetik kemenangan melawan tuan rumah Slovenia dalam laga lanjutan kualifikasi Piala Duna 2018. Meski menguasai pertandingan dengan mencatatkan 65% ball possession, nyatanya tim negeri Ratu Elizabeth ini tak mampu mencetak satu gol pun. Dengan hasil ini Inggris masih kokoh di puncak klasemen grup F dengan mengumpulkan 7 poin hasil dari 2 kali menang dan sekali seri.

Dalam pertandingan menghadapi Slovenia, terlihat para pemain Timnas Inggris tampil biasa saja, standar dan bisa dibilang membosankan. Tapi diantara 11 nama pemain tim tiga singa yang berlaga di Stozice Stadium tersebut ada satu nama yang tampil mencolok dan mencuri perhatian. Bukan Delle Alli si pemuda ajaib Tottenham apalagi Jordan Henderson yang membuat blunder memalukan dengan mengirimkan no look pass (passing tanpa melihat) yang justru mengarah ke pemain Slovenia. Pemain Inggris yang tampil luarbiasa malam itu adalah sang kiper, Joe Hart.

Joe Hart sungguh mencuri perhatian pada laga malam itu, tercatat setidaknya ia melakukan tiga kali penyelamatan. Hart dengan sukses menggagalkan peluang Roman Bezjak dan Josep Ilcic yang tinggal berhadapan dengannya di depan mulut gawang. Pada menit-menit awal babak kedua ia kembali melakukan penyelamatan gemilang. Hart mampu menepis sundulan Jasmin Kurtic dengan tangan kirinya, padahal bola tersebut termasuk menyulitkan mengingat bola mengarah tepat ke sudut kiri gawangnya.

Performa gemilang Hart seolah membuktikan diri bahwa Joe Hart belum habis. Ia masih menjadi salah satu kiper yang disegani, meski memang saat ini ia menjadi pesakitan setelah terbuang dari Manchester City – nya Pep Guardiola. Walaupun tersingkir dari skuad utama City, Hart sendiri  tidak bisa dibilang sebagai kiper yang buruk meski memang ia beberapa kali pernah melakukan blunder. Ia tersingkir hanya karena tidak cocok dengan gaya permainan yang ingin diterapkan Pep di City. Faktanya ia menjadi kiper utama di Manchester City sejak era kepelatihan Alberto Mancini hingga Manuel Pellegrini.

Namun keadaan berubah 180 derajat sejak kedatangan Pep Guardiola, Pep menilai Hart tidak cocok dengan gaya permainan yang ingin ia terapkan. Menurutnya Hart tidak memiliki kemampuan memainkan bola dan memulai serangan dari belakang seperti yang dimiliki Manuel Neuer. Maka Pep pun tak segan menyingkirkan Joe Hart dari posisi kiper utama, bahkan Pep lebih memilih memainkan kiper kedua City Willy Caballero di tiga laga awal Premierleague daripada memainkan Joe Hart. Dimana pada akhirnya Pep mendatangkan kiper Barcelona Claudio Bravo untuk mengisi pos kiper utama City.

Datangnya Bravo tentu saja memaksa Hart untuk pindah ke klub lain agar tetap mendapatkan kesempatan bermain secara reguler. Tentu saja hal itu juga demi mengamankan posisinya sebagai penjaga gawang Timnas Inggris. Sempat diisukan akan bergabung dengan Liverpool, namun ternyata Hart mengambil langkah berani dengan hijrah ke negeri Pizza untuk membela klub tetangga Juventus, Torino.

Hart memulai debutnya bersama Torino di pekan ketiga Serie A saat Torino bermain tandang melawan Atalanta. Sayangnya debut tersebut tidak berjalan manis, Torino kalah 1-2 dari sang tuan rumah. Lebih parahnya, Hart melakukan sekali blunder fatal saat mengantisipasi tendangan sudut yang mengakibatkan gawangnya harus kebobolan. Sontak hal tersebut langsung membuat para supporter Torino meragukan kapabilitas Hart. Beruntung bagi Hart, Sinisa Mihajlovic sang arsitek Torino tidak marah kepadanya dan tetap memberikan kesempatan bermain di laga-laga berikutnya.

Kepercayaan yang diberikan Mihajlovic tak disia siakan oleh Hart dengan tampil apik di 4 laga berikutnya. Bahkan ia berhasil mencatatkan cleansheet saat menghadapi Empoli dan Pescara. Namun penampilan terbaiknya adalah ketika ia membantu Torino menang menghadapi salah satu tim kuat Serie A, AS Roma. Dalam laga yang dimenangkan Torino dengan skor 3-1 tersebut Hart tampil bagus dan menunjukkan jiwa kepemimpinannya di lini belakang Torino. Satu-satunya gol yang bersarang di gawangnya pun adalah hasil tendangan penalty dari legenda Roma, Francesco Totti.

Tercatat dalam lima laga yang sudah ia lakoni bersama Torino, penampilannya cukup memuaskan. Ia turut berjasa membawa Torino sementara bertengger di peringkat kedelapan sementara klasemen Serie A. Dan akhir pekan ini ia berpeluang menambah catatan cleansheetnya karena Torino hanya akan menghadapi tim penghuni peringkat 18, Palermo. Bahkan sejauh ini Palermo hanya mampu mencetak 4 gol dari 7 laga yang sudah mereka jalani, hal ini menggambarkan bahwa lini depan Palermo tidaklah berbahaya.

Meski kemungkinannya sangat kecil bagi Hart untuk kembali bermain di Manchester City selama City masih ditangani Guardiola, ia tetap berusaha tampil sebaik mungkin. Ia percaya pintu gerbang Etihad Stadium selalu terbuka untuknya, sebab seperti kata Pep sendiri, Joe Hart sudah menjadi legenda di klub asal Manchester itu. Ia akan selalu dirindukan oleh supporter City yang jumlahnya tak seberapa itu, bahkan untuk memenuhi stadion saja mereka tak mampu, eh.

Sepatutnya kita dapat mencontoh sikap Joe Hart yang dengan berani meninggalkan zona nyamannya demi sebuah pembuktian diri. Ia menjadi gambaran sosok lelaki yang tangguh dan tak menyerah pada keadaan, berani mengambil langkah besar demi harga dirinya. Ia tak ingin menjadi pesakitan seperti Yaya Toure yang juga disingkirkan oleh Guardiola, tapi Hart memilih menjadi seorang ksatria.

Dapatkan update terbaru artikel sepakbolais langsung melalui email anda gratis:

0 Response to "Pembuktian Joe Hart Bahwa Ia Belum Habis"

Posting Komentar